Bahasa, Sastra dan Fesbuk

oleh

AHMAD SAHIDIN, penulis buku Tanda-Tanda Kiamat Mendekat.

SENTRA PUBLIKASI INDONESIA-BANDUNG

Bahasa merupakan alat komunikasi atau interaksi antara dua arah: subjek dan objek atau manusia dengan manusia lainnya. Bahasa dalam konteks komunikasi adalah bahasa verbal berupa ucapan langsung antara satu orang kepada orang lainnya. Namun, kini bahasa tidak hanya bentuk ucapan atau tulisan yang beredar, tapi ada juga bahasa tubuh atau non verbal. Yang ini masuk pada kategori simbol-simbol yang hanya dapat dipahami oleh sebagian orang.

Bahasa dalam konteks komunikasi atau menggunakan ucapan di dunia ini pun beragam. Di Indonesia saja hampir setiap daerah atau provinsi memiliki bahasa. Bahkan, dari satu daerah saja bahasanya bisa beda; baik itu dari pengucapan maupun gaya lentong bicara atau nada. Di Tanah Pasundan, Bahasa Sunda Bandung sedikit beda dengan Cianjur, Garut, Sukabumi, atau pun Banten. Inilah keragaman bahasa sekaligus kekayaan bahasa manusia.

Bahasa ucapan berbeda dengan bahasa tulisan. Bahkan, bahasa tulisan dalam setiap jenisnya berbeda. Tulisan ilmiah menggunakan bahasa yang lebih formal ketimbang bahasa yang digunakan dalam penulisan populer (esai, artikel, dan buku) atau sastrawi (novel, cerpen, dan puisi). Pada masing-masing jenisnya menggunakan bahasa dan gaya yang berbeda. Bukan hanya dari sisi bahasa yang digunakan, bahkan dari si penulisnya dalam menggunakan bahasa tulisan berbeda-beda. Ada yang menggunakan sentuhan emosi seperti karya sastra atau sentuhan rasional seperti karya ilmiah, juga ada yang menggunakan sisi fakta seperti karya artikel atau berita. Banyak sekali jenisnya dan beragam model tulisan.

Pada dunia sastra, khususnya novel, bahasa dan gaya penulisan sangat beragam. Berdasarkan pada definisinya, novel adalah karya fiksi prosa yang tertulis dalam bentuk cerita dan menggunakan kata atau kalimat yang panjang. Secara umum, novel berisi tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan dengan aneka ragam bentuk dan karakternya.

Bagaimana dengan cerpen? Cerpen yang merupakan kepanjangan dari ‘cerita pendek’ memang bebda dengan novel atau sajak. Cerpen biasanya ditulis dengan bahasa yang mudah dicerna alias tidak terlalu berpanjang-panjang dalam alur cerita. Paling panjang sekira lima ribu karakter.

Cerpen banyak kita temukan dalam koran atau media cetak yang memiliki rubrik atau halaman sastra dan budaya yang biasanya hadir satu kali setiap pekannya. Beberapa koran nasional seperti Tempo, Kompas, Republika, Sindo, dan Pikiran Rakyat, memberikan ruang untuk tulisan cerpen dalam setiap pekannya. Biasanya yang banyak muncul adalah para sastrawan dan mereka yang sedang belajar menulis karya sastra. Honor yang diberikannya pun berbeda pada setiap cerpen yang dimuat, bergantung pada siapa penulisnya. Kalau level sastrawan yang sudah dikenal bisa lebih dari Rp700 ribu setiap tulisannya. Sedangkan mereka yang belum dikenal sekira Rp200-500 ribu, bergantung korannya. Ini sekira sepuluh tahun silam. Mungkin sekarang beda lagi.

Selain itu, bahasa dalam sastra digunakan juga dalam sajak atau puisi. Sama dengan cerpen, biasanya banyak kita temukan dalam koran yang memiliki halaman budaya atau sastra dengan honor yang beragam.

Bahasa sastra memang beda dengan bahasa yang formal atau percakapan. Bahasa sastra lahir dari kreativitas dan imajinasi yang dibuat dalam bentuk tertulis dengan alur, tokoh, dan karakter yang kadang di luar fakta, bahkan menggunakan bahasa metafora.

Fesbuk

Fesbuk atau facebook merupakan sebuah situs jejaring sosial yang mungkin sudah menjadi bagian dari kita sehari-hari. Memang awalnya fesbuk hanya dapat dinikmati para pengguna internet, tetapi sekarang anak SD pun dapat membuka akun dan menggunakannya. Hampir semua operator telepon genggam membuka akses pada internet, termasuk fesbuk. Karena itu, jangan heran kalau dalam bus atau angkutan kota, tiba-tiba ada yang tersenyum sendiri sambil melihat telepon genggamnya.

Bahasa yang digunakan para pengguna fesbuk berbeda dengan dengan bahasa sastra dan hampir dekat dengan percakapan sehari-hari. Namun, dalam fesbuk bahasa atau kalimat yang dituliskan secara singkat. Kadang pula diisi dengan curahan hati atau ungkapan kekesalan. Juga ada yang menulis dengan kalimat bijak atau puitis, bahkan doa. Tidak jarang setiap pengisian status dalam ‘dinding’ fesbuk itu dikomentari para pengguna fesbuk lainnya yang tergabung dalam akun fesbuk.

Dari aspek komunikasi, hadirnya fesbuk, email, twitter, dan telepon genggam, memang memudahkan orang untuk berkomukasi dengan lebih cepat dan mudah. Karena itu, surat menyurat yang menggunakan kertas surat dan jasa pegawai kantor pos sudah kurang diminati karena sudah ada yang lebih cepat dan mudah, yaitu teknologi informasi.

Meskipun demikian, fungsi bahasa masih tetap ada. Mungkin dapat disebut sekadar pergeseran media atau alat komunikasi semata. Asalnya lebih banyak bahasa komunikasi sehari-hari dan tulisan yang panjang, sekarang bahasa tulisan yang singkat dan kadang bernuansa gaul.