JAKARTA SENTRA PUBLIKASI INDONESIA
Industri perlu dilibatkan sejak awal dalam pengembangan riset yang dilakukan di perguruan tinggi. Kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri merupakan hal mutlak dalam hilirisasi riset dan inovasi.
Managing Director PT Traveloka Indonesia Willy Sakareza yang juga tim kerja akselerasi inovasi platform Kedaireka yang diinisiasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mengatakan, pemahaman yang dimiliki pengajar dan peneliti di perguruan tinggi terkadang tidak sesuai dengan yang diterapkan di industri. Hal tersebut juga sering terjadi dalam pengembangan riset di perguruan tinggi. Riset yang dikembangkan tidak sesuai dengan konsep yang dibutuhkan industri.
”Kampus atau perguruan tinggi harus bisa up-to-date dengan kebutuhan industri. Tantangannya ada pada dosen. Jika dosennya up-to-date, mahasiswa juga akan up-to-date. Itu sebabnya kerja sama antara kampus dan industri menjadi penting,” ujarnya dalam gelar wicara yang diselenggarakan di tengah Pameran Riset dan Inovasi Hari Kebangkitan Teknologi Nasional 2023 dikutip dari Kompas, Selasa (15/8/2023).
Willy menambahkan, dosen di perguruan tinggi ataupun pendidikan vokasi juga diharapkan bisa menerapkan tridharma perguruan tinggi dengan optimal. Itu termasuk dalam riset dan pengabdian masyarakat. Pengembangan riset yang dilakukan dosen bisa sekaligus dimanfaatkan untuk pengabdian masyarakat.
Menurut dia, pengabdian masyarakat memang tidak wajib, tetapi tetap menjadi hal utama dalam perguruan tinggi. Bagi seorang dosen, ilmu yang dimiliki seharusnya dapat bermanfaat bagi banyak orang, tidak hanya bagi mahasiswanya, tetapi juga masyarakat luas. Itu sebabnya, riset yang dikembangkan harus bisa berdampak sampai masyarakat.
Willy mengatakan, kerja sama dengan industri akan memungkinkan riset yang dikembangkan bisa diwujudkan dalam produk yang dibutuhkan masyarakat. Melalui platform Kedaireka yang dimiliki Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri bisa semakin terbuka. Ide-ide yang dimiliki oleh perguruan tinggi bisa diselaraskan dengan kebutuhan dari industri. Dengan demikian, solusi dan temuan yang dihasilkan bisa lebih tepat sasaran.
Dosen yang juga penelitian dari Politeknik Negeri Malang, Noprianto, mengatakan, sebuah riset bisa sampai tahap hilirisasi dan dimanfaatkan oleh industri apabila riset yang dikembangkan relevan dengan kebutuhan industri. Dalam riset yang dikembangkannya, IoT Ecosystem, kerja sama dengan industri sangat penting.
”Kami sejak awal sudah berkolaborasi dengan industri, yakni PT Indosat yang menyediakan infrastruktur yang kami butuhkan. Dengan dukungan itu, inovasi ini bisa dimanfaatkan sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan,” katanya.
Hal tersebut juga yang dilakukan Bolo Dwiartomo, dosen dan peneliti dari Politeknik Manufaktur Bandung. Dalam pengembangan drum mesin untuk memanggang (roasting) biji kopi, pengusaha dan petani kopi sudah dilibatkan sejak awal. Para petani kopi pun turut serta dalam pengembangan sehingga mereka bisa mengerti kebutuhan dari inovasi yang dihasilkan.
”Teknologi mesin untuk roasting kopi itu ada standardisasi yang harus dipenuhi. Sayangnya, petani tidak banyak yang peduli. Dengan dilibatkan sejak awal, kesadaran itu akan muncul sehingga akhirnya bisa digunakan juga secara luas,” katanya.
Selain itu, Bolo menuturkan, kolaborasi juga dilakukan dengan industri produsen kopi. Harapannya, melalui kolaborasi dari hulu ke hilir, pemanfaatan inovasi bisa lebih maksimal.