Tips Publikasi Ilmiah Tembus Jurnal Internasional Terindeks Scopus Ala De Rosal Ignatius Moses Setiadi

oleh

SPI-SEMARANG

Publikasi ilmiah sangat penting, tidak hanya kuantitas namun juga kualitas. Baik mulai jenjang sarjana, magister, doktor, sampai level dosen di skala nasional ataupun internasional dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan daya saing bangsa.

Penulis publikasi ilmiah tentu ingin penelitiannya terindex di Jurnal Internasional Terindeks Scopus. Namun, menembus jurnal Scopus tidaklah mudah.

Scopus merupakan salah satu lembaga pengindex jurnal milik Elsevier yang digunakan sebagai standar syarat menyelesaikan Ph.D. Jurnal terindex Scopus jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jurnal yang tidak terindex.

Akan sangat sulit menembus Scopus bila tidak terbiasa dengan iklim publikasi. Dosen Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro, Ignatius Moses Setiadi De Rosal, membagikan tips dan trik cara bisa lolos ke Jurnal Internasional Terindeks Scopus.

Berikut hal-hal yang bisa membuat publikasi ilmiah gagal masuk Scopus dikutip dari laman undip.ad.ic:

  1. Tidak adanya motivasi dan niat
  2. Tidak percaya diri (merasa dirinya kecil)
  3. Tidak memiliki pembimbing berpengalaman
  4. Rasa takut ditolak
  5. Tidak memiliki ide
  6. Bahasa, dana, modal
  7. Terlalu perfeksionis
  8. Tekanan harus segera lulus (syarat lulus)
  9. Promotor/supervisor serta aturan yang membatasi

Konten yang cocok untuk publikasi jurnal Scopus:

  1. Konten jurnal harus memiliki masalah yang jelas, hipotesis muncul
  2. Memiliki kontribusi/novelty, umumnya pada metode riset paper, analisis dalam pada review paper
  3. Dijelaskan dengan detail dan menarik
  4. Memiliki komparasi sehingga kontribusi lebih mudah diukur menggunakan dataset public atau replica metode, khususnya pada penelitian kuantitatif bidang computer dan Teknik
  5. Memiliki daftar pustaka berkualitas, mayoritas memiliki kualitas yang sama atau lebih baik dari jurnal yang dituju

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih jurnal:

  1. Sesuaikan topik riset dengan AIM dan SCOPE Jurnal, pastikan melakukan searching pada journal archive artikel-artikel yang memiliki topik sama
  2. Pastikan jurnal terindex scopus
  3. Cek di Scimagojr dan scopus.com
  4. Memastikan jurnal bukan predator, cek https://beallslist.net/
  5. Memastikan APC sesuai budget, jurnal Scopus banyak yang gratis, umumnya publisher besar milik Elsevier/ Springer/Emerald dan lainnya memiliki opsi publish gratis dengan mode subscription
  6. Jika jurnal akan digunakan sebagai syarat mengajukan LK atau GB bisa cek di https://pak.kemendikbud.go.id/portalv2/jurnal-yang-harus-dihindari/ atau https://pak.kemdikbud.go.id/portalv2/jurnal-yang-direkomendasi/

Perhatikan kondisi ini saat mensubmit jurnal:

  1. Manuskrip sudah sesuai dengan author guidline dan template jurnal
  2. Menyiapkan cover letter jika perlu
  3. Memastikan sesuai aim dan Scope jurnal serta secara etik jurnal tidak boleh disubmit kedua kali atau lebih jurnal

Alur proses publikasi jurnal:

  1. Dari author ke editor (submission)
  2. Editor ke reviewer (lolos preview), jika tidak lolos berarti reject
  3. Reviewer, setidaknya dua atau lebih reviewer
  4. Editor decision (reject/accept/revise) jika reject kembali ke author atau jika accept ke jurnal production dan jika revisi, lakukan revisi sesuai komentar
  5. Proofread
  6. Publish

Ignatius mengingatkan untuk berhati-hati saat memilih jurnal, terlebih apabila terindex Scopus bukan dari publisher ternama tapi melakukan broadcast call for paper. Kemudian, jurnal yang yang menjanjikan proses review yang sangat cepat dan berbayar, konten jurnal tidak konsisten (rawan discontinue/cancelled).

Lalu, baru terindex Scopus lalu dengan cepat menambah jumlah issue secara tidak normal atau memiliki banyak special issue (rawan discontinue/cancelled).

“Hati-hati juga jurnal dengan disiplin ilmu gado-gado, seandainya multi disiplin pilih yang serumpun,” kata Ignatius.