Tingkatkan Kapasitas Peneliti, BRIN Latih Penulisan KTI dan Strategi Publikasi Jurnal

oleh

JAKARTA SENTRA PUBLIKASI INDONESIA — Dalam upaya mendukung peningkatan kapasitas para peneliti di lingkungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Pusat Riset Zoologi Terapan BRIN menyelenggarakan kegiatan Coaching Clinic Penulisan Karya Tulis Ilmiah di Gedung ICC KST Soekarno, Cibinong. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang strategi penulisan karya tulis ilmiah (KTI) yang berpotensi diterbitkan di jurnal internasional bereputasi.

Rusli Fidriyanto yang hadir mewakili Kepala Pusat Riset Zoologi Terapan, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya strategis BRIN dalam memenuhi target publikasi ilmiah yang telah ditetapkan oleh institusi.

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk BRIN, Muhammad Adly Rahandi Lubis sebagai narasumber menekankan pentingnya pemahaman mendalam mengenai jenis-jenis jurnal ilmiah. Menurutnya, jurnal ilmiah merupakan sarana utama diseminasi hasil penelitian, yang secara garis besar terbagi dalam tiga kategori yaitu jurnal internasional, jurnal nasional, dan jurnal predator.

Jurnal internasional bereputasi umumnya menjalani proses penilaian yang ketat (peer-review), dan terindeks dalam basis data bereputasi seperti Scopus dan Web of Science. Jurnal jenis ini menjadi rujukan utama dalam penelitian global. Sementara itu, di tingkat nasional, terdapat jurnal yang telah terakreditasi oleh SINTA, yang juga memiliki peran penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.

Adly juga mengingatkan soal jurnal predator, yang kerap kali tidak mengikuti standar penilaian ilmiah yang memadai dan lebih berfokus pada keuntungan finansial. “Penggunaan referensi dari jurnal predator dapat mengurangi validitas penelitian dan merusak reputasi ilmiah peneliti. Oleh karena itu, memahami perbedaan jenis jurnal ini sangat penting dalam memilih sumber informasi yang berkualitas dan kredibel,” tegas Adly dikutip dari laman BRIN, Sabtu (24/8/2024).

Tahapan Penulisan Karya Ilmiah

Tahapan utama dalam penulisan karya ilmiah dimulai dari studi literatur, yang merupakan fondasi krusial dalam proses penelitian. Melalui studi literatur, peneliti dapat memahami konteks penelitian, mengidentifikasi celah yang belum dieksplorasi, dan merumuskan hipotesis yang kuat.

Proses studi literatur diawali dengan pencarian referensi yang relevan dari jurnal, buku, dan prosiding. Referensi yang terkumpul kemudian dikelola dengan baik menggunakan perangkat lunak manajemen referensi seperti Mendeley, yang memudahkan pengorganisasian data dan akses informasi. Selanjutnya, peneliti perlu menyaring referensi berdasarkan relevansi topik penelitian melalui analisis judul, kata kunci, dan abstrak.

Langkah berikutnya adalah pembacaan menyeluruh (full paper) untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai metodologi, hasil, dan kesimpulan dari penelitian sebelumnya. Tahap akhir adalah melakukan analisis kritis terhadap isi full paper guna mengembangkan ide baru atau menentukan arah penelitian selanjutnyak

“Pendekatan sistematis ini memastikan bahwa studi literatur menjadi landasan yang kuat bagi penelitian yang berkualitas dan valid,” ungkap Adly.

Dalam konteks penulisan ilmiah, pemahaman tentang jenis artikel ilmiah juga sangat penting. Adly menjelaskan bahwa terdapat dua jenis artikel utama, yakni original research article dan review article. Original research article menyajikan hasil penelitian asli yang menjadi sumber utama bagi penelitian selanjutnya, sementara review article merangkum dan menelaah berbagai penelitian yang telah ada untuk memberikan gambaran komprehensif tentang topik tertentu.

Menemukan kebaruan (novelty) dalam penelitian bukanlah hal yang mudah, namun hal ini dapat dicapai melalui studi literatur yang mendalam. Bahkan, studi literatur yang baik dapat menghasilkan review article yang bernilai tinggi di dunia akademik.

Adly juga menyarankan agar proses penulisan artikel ilmiah dimulai lebih awal, dengan menyusun bagian “Materials and Methods” serta membuat gambar dan tabel, meskipun penelitian belum sepenuhnya selesai. Langkah ini membantu peneliti dalam mempersiapkan laporan akhir dengan lebih efisien.

Lebih lanjut, Adly menekankan pentingnya merujuk pada jurnal yang terindeks dalam basis data bereputasi seperti SCOPUS atau Web of Science (WoS) untuk menjamin kualitas dan validitas penelitian. “Setiap artikel harus mematuhi pedoman penulisan yang ditetapkan oleh jurnal yang dituju, termasuk format, gaya bahasa, dan struktur artikel. Kepatuhan terhadap panduan ini akan meningkatkan peluang diterimanya artikel untuk diterbitkan,” tuturnya.

Kolaborasi dan Pengembangan Talenta Riset

Lebih lanjut Adly juga menyoroti pentingnya kolaborasi dalam rangka menjaring dan mengembangkan talenta riset. Pusris Zooter, sebagai contoh, bisa memperkuat kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi melalui Perjanjian Kerja Sama (PKS) untuk memperluas akses dan mendapatkan talenta riset yang potensial. Proses rekrutmen Research Assistant (RA) juga dioptimalkan dengan pendekatan berbasis portofolio, memastikan kandidat yang dipilih memiliki kompetensi yang sesuai.

Pengembangan talenta riset dimulai sejak mahasiswa terlibat dalam Tugas Akhir (TA) atau program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), yang kemudian dibimbing melalui jenjang S1, S2, hingga S3. Melalui skema Degree by Research (DBR), mahasiswa dapat memperoleh gelar akademik berdasarkan hasil penelitian mereka. Setelahnya, mereka berkesempatan untuk melanjutkan karier sebagai Asisten Peneliti (RA), peneliti pasca-doktoral, atau peneliti tamu.

“Setiap RA diharapkan mampu menghasilkan minimal empat output riset berupa publikasi internasional bereputasi, paten granted, atau lisensi. Rekrutmen RA dan post-doc yang dilakukan secara selektif dan terstruktur diyakini akan mempercepat peningkatan kualitas dan kuantitas riset di institusi terkait,” jelas Adly.

Ia juga menegaskan bahwa kolaborasi antar peneliti dapat secara signifikan meningkatkan kualitas data dan artikel ilmiah. “Dengan kerja sama, penelitian menjadi lebih komprehensif dan validasi data lebih kuat, sehingga hasil penelitian diakui secara kredibel di tingkat global,” pungkas Adly.