Temuan Andrew Limelta soal Watak Cepot di Masyarakat Sunda Milenial dan Generasi Z

oleh

(BANDUNG-SPI)-Pada tahun 2003, wayang diakui oleh UNESCO sebagai karya agung dunia sekaligus warisan budaya tak benda. Budaya Sunda mengenal warisan wayang golek yang berasal dari wilayah Jawa Barat, dan biasanya direalisasikan melalui pertunjukan alat peraga atau boneka sebagai penggambaran alam pikiran orang Jawa yang dualistik.

Dalam kesenian wayang golek terdapat tokoh dan karakter yang dimainkan, namun biasanya masyarakat lebih mengenal tokoh si Cepot yang dianggap sebagai penghibur dan jati diri orang Sunda.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat makna tokoh si Cepot dalam kesenian wayang golek terhadap masyarakat Sunda milenial dan generasi Z. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi, wayang, dan konsep makna. Dalam hal ini data yang diperoleh melalui hasil dari observasi dan wawancara.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa masyarakat Sunda generasi milenial dan generasi Z menganggap kesenian wayang golek sebagai suatu kesenian yang penting, namun bukan lagi sebagai konsumsi utama. Selain itu adanyaunsur dari tokoh si Cepot yang hilang dalam wayang golek. Bahkan masyarakat Sunda menganggap tokoh si Cepot hanya sebagai tokoh penghibur.

Baca selengkapnya hasil temuanĀ Andrew Limelta, Sinta Paramita: Makna Wayang Golek si Cepot pada Masyarakat Sunda Milenial dan Generasi Z yang dimuat pada Jurnal KoneksiĀ  Vol. 4, No. 1, Maret 2020, Hal 22-28