SENTRA PUBLIKASI INDONESIA-SAMARINDA
Staf Khusus Menteri Agama bidang Media, Komunikasi Publik dan Teknologi Informasi Wibowo Prasetyo meminta Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dapat memenangkan pertarungan wacana dan isu strategis di media. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan menggerakkan seluruh potensi kehumasan.
Hal ini disampaikan Wibowo Prasetyo saat memberikan kuliah umum tentang Strakom Publik untuk Sosialisasi PTKIN di UIN Sultan Aji Muhammad Idris (UIN SI) Samarinda, Kalimantan Timur, dilansir dari Kemenag, Jumat (3/2/2023).
Acara ini dihadiri Wakil Rektor 1 dan 2, Karo AUPK, para dekan dan wakil dekan, kepala jurusan, sekretaris jurusan, serta dosen UIN SI.
“Humas adalah garda terdepan di dalam institusi PTKIN. Humas berperan membentuk wajah UINSI, baik atau buruk. Termasuk memenangkan pertarungan wacana, isu-isu strategis, di media konvensional dan media sosial. Untuk itu, humas memiliki kapasitas, kreatif dan inovatif dalam membuat strategi komunikasi yang baik agar semua program, informasi dan seluruh capaian prestasi bisa terinformasikan kepada publik secara luas,” kata Wibowo.
Menurut Wibowo, panggilan akrabnya, PTKI harus memiliki kehumasan yang andal dan mampu mengikuti perkembangan zaman. Sebab, humas harus memanfaatkan era digital yang perkembangannya sangat pesat sebagai alat dalam penyampaian pesan. Humas PTKIN harus menjadi tempat menggodok inovasi dengan memanfaatkan ruang-ruang digital.
“Manfaatkan ruang-ruang digital yang tersebar dalam berbagai platform untuk apa pun. Mulai dari sosialisasi sampai kampanye program-program kampus. Gratis, efektif, menjangkau secara luas. Kalau mau lebih tertarget, ada yang berbayar tapi murah. Tapi jangan asal posting, konten harus dibuat menarik, desain visualnya mesti kreatif, namun substantif,” jelas Wibowo.
Dia mengingatkan, dengan jumlah kalangan milenial dan generasi Z yang setengah lebih jumlah populasi warga Indonesia, maka diperlukan cara-cara pendekatan khusus. Terlebih saat ini PTKIN tengah bersiap menerima mahasiswa baru yang merupakan para generasi Z atau Gen Z.
“Menurut survei Alvara Institute, jumlah generasi Z dan milenial mencapai 53% dari jumlah populasi warga. Bikin strategi komunikasi yang mendekatkan pada karakteristik kalangan tersebut. Pakai cara-cara yang tidak konvensional, out of the box. Calon mahasiswa dari Gen Z ini unik, punya karakter tersendiri. Bagaimana menarik minat calon mahasiswa dari Gen Z, perlu pendekatan yang unik juga,” tandasnya.
PTKIN, lanjut Wibowo, juga sudah saatnya memiliki pasukan siber atau (cyber army). Pasukan siber ini nanti bertugas patroli di dunia maya, memonitoring jika ada sesuatu yang menyangkut institusi kampus, terutama jika terkait dengan citra.
“Memang, membentuk cyber army di kampus PTKI tidak mudah. Tapi sudah saatnya punya. Cyber army harus siap perang melawan segala hoaks, fitnah, ujaran kebencian, dan informasi yang salah terhadap Kementerian Agama dan juga PTKIN sendiri. Harus diluruskan segala gorengan terhadap instutusi kita ini. SDM di PTKIN sangat banyak dan ini harus digerakkan. Kapasitas keilmuannya tak perlu diragukan, tinggal membiasakan diri saja dengan dunia digital, dunia medsos,” tandas Wibowo.
Selain memanfaatkan ruang digital, Wibowo juga mendorong UINSI dan PTKIN lainnya untuk melakukan sinergitas dengan media massa. “Satu lagi, kerja sama dengan media massa. Bisa online, cetak, dan elektronik. Ini penting. Jalin kerja sama dengan media mainstream yang kredibel. Kita besar salah satunya karena peran media. Media ini saluran komunikasi yang otoritatif, dipercaya publik,” ujarnya.
Di ujung paparannya, Wibowo mengajak semua pihak, khususnya humas UINSI untuk meningkatkan kinerja dan kerja-kerja kolaboratif. “Bisa dipstikan mustahil melakukan kerja sendiri. Harus kerja sama, berkolaborasi dengan pihak lain. Selain menjadi ringan, program juga jauh lebih masif cakupannya,” tutup Wibowo.