(MEDAN-SPI)-Indonesia telah terkenal sejak dulu sebagai negara agraris, yakni negara yang kekuatan ekonominya ditopang oleh sektor pertanian. Di masa Pemerintahan Presiden Joko Widodo sektor pertanian merupakan salah satu bidang utama yang mendapatkan perhatian besar dan dikenal sebagai sektor ketahanan pangan.
Di era revolusi industri 4.0 saat ini, bidang agraria turut mengalami berbagai perubahan besar yang mengikutsertakan unsur teknologi dalam berbagai tahapan produksinya. Perubahan tersebut dimungkinkan oleh keinginan untuk meningkatkan hasil produksi pertanian berkali lipat dari sebelumnya serta mendapatkan hasil pertanian yang berkualitas, namun dengan mengedepankan efektivitas dan efisiensi dalam berbagai bidang yang mendukungnya.
Hal-hal tersebut turut memicu lahirnya berbagai inovasi di bidang pertanian, mencakup alat-alat yang digunakan dalam pertanian maupun teknik-teknik baru pengelolaan dan pengolahan hasil pertanian. Anak-anak muda alumni Universitas Sumatera Utara (USU) yang tergabung dalam start up CV Mandike Instruments, yakni Dwi Budi Prasetyo, Rizki Ari Mihalza, Intan Dewani dan Rico Wardana, juga tak ingin ketinggalan memanfaatkan peluang tersebut. Mereka kemudian menciptakan sebuah inovasi baru yang diharapkan mampu membantu para petani dalam melakukan aktivitasnya di bidang pertanian.
Alat yang diciptakan anak-anak muda tersebut dinamakan Smart Farming. Smart farming ini berupa sebuah alat portable yang bisa dibongkar pasang, dilengkapi aplikasi khusus yang sampai saat ini masih terus disempurnakan teknologinya. Smart farming ini terdiri dari sensor node dan gateaway serta aplikasi.
Menurut Dwi Budi Prasetyo selaku CEO Mandike Instruments, Smart farming digunakan untuk melakukan monitoring dan mengetahui derajat keasaman, suhu, curah hujan, kelembapan dan kondisi cuaca yang ada di suatu wilayah yang akan digunakan sebagai lahan pertanian.
“Dengan mengetahui hal-hal tersebut, diharapkan para petani mampu menakar kebutuhan pupuk yang akan digunakan dalam kegiatan pertanian dengan tepat dan tidak berlebihan, sehingga tidak merusak unsur hara yang terkandung di lahan pertanian tersebut. Selain akan mendapatkan perhitungan yang tepat, mengetahui tingkat kesuburan tanah dan menentukan jenis tanaman yang sesuai untuk dikembangkan, juga akan meningkatkan efisiensi pengeluaran petani itu sendiri,” kata Budi.
Menurutnya, aplikasi yang akan mengiringi penggunaan Smart Farming tadinya sudah sampai pada tahap penyelesaian. Akan tetapi, ketika dilakukan uji coba penggunaan aplikasi terdapat beberapa hal yang ingin ditambahkan untuk melengkapi aplikasi tersebut.
“Kami inginnya alat ini benar-benar efektif dalam membantu para petani. Dengan demikian uji coba yang dilakukan juga tidak bisa dalam satu atau dua kali uji coba saja. Harus dilakukan berkali-kali sehingga didapatkan hasil yang tepat. Tepat guna dan tepat sasaran,” tandasnya.
Mengenai apakah Smart Farming ini akan dijual terbatas atau diproduksi massal, Budi mengaku belum bisa memutuskan, karena hal itu akan didiskusikan bersama dengan para komisioner CV Mandike. Selain mengkaji harga, kemampuan konsumen dan penerimaan pasar yang tentunya didominasi oleh kalangan petani, juga menyesuaikan dengan kebutuhan yang bisa ditangani oleh start up mereka.
“Hal itu akan dibahas lebih lanjut nantinya setelah aplikasi selesai dan bisa digunakan 100 persen. Mengingat jika dijual atau diproduksi massal, tentu harganya tidak murah. Dengan harga yang tidak murah tersebut maka kemampuan konsumen juga harus dipertimbangkan. Kami tidak ingin alat kami malah membebani petani dan menambah jumlah modal yang harus dikeluarkan, yang nantinya akan mempengaruhi harga jual produksi pertaian itu sendiri. Mungkin di awal-awal yang kami lakukan adalah menggandeng pihak dinas pertanian melalui penyuluh pertanian untuk menggunakan alat ini. Atau bisa juga disewakan, dihibahkan atau bisa jadi ada alternatif lain. Yang jelas belum dibahas dengan serius. Kami masih ingin menyempurnakan alat ini dulu,” papar Budi.
Ke depannya, Budi juga berharap Smart Farming ini menjadi alat yang akan memulai kerja sama antara CV Mandike dengan para alumni pertanian USU untuk menciptakan alat-alat lain di bidang pertanian yang lebih bermanfaat.
“Kami ini kan basisnya di teknik. Jadi kolaborasi dengan orang pertanian tentu akan sangat berpeluang menghasilkan inovasi-inovasi baru di bidang pertanian,” harap alumni Fakultas Teknik Elektro ini.