Serial Iseng Baca Al-Hikam (7): Saat Doa Delay

oleh

لاَ يـُشَـكِّكَــنَّكَ فيِ الْـوَعْدِ عَدَمُ وُقُــوْعِ الْـمَـوْعُـوْدِ ، وَ إِنْ تَـعَـيَّنِ زَمَنُهُ

؛ لِئَـلاَّ يـَكُوْنَ ذَ لِكَ قَدْحًـا فيِ بَـصِيْرَ تِـكَ ، وَ إِخْمَـادً ا لِـنُورِ سَرِ يـْرَ تِـكَ

“Janganlah karena tiadanya pemenuhan atas apa-apa yang dijanjikan, padahal telah jatuh waktunya, membuatmu ragu terhadap janji-Nya; agar yang demikian itu tidak menyebabkan bashirah-mu buram dan cahaya sirr-mu padam!”

Aforisme ke-7 sangat serius, tentang tanggapan kamu terhadap doa yang tak terkabulkan. Tentu kamu dan saya memiliki pengalaman yang sama, sering berdoa, tetep aja gak ada jawaban Lalu kita kecewa. Udah tuh muncul pikiran liar, “Kayaknya bohong tuh janji bahwa semua yg berdoa pasti akan dijawab Tuhan”

Yaa.. Aforisme ini memang tentang janji Tuhan. Ada banyak tuh janji Tuhan, “jika kamu …. niscaya akan mendapat….” Jika kamu jujur akan mujur. Jika kamu bersyukur akan ditambah nikmat. Jika kamu sabar akan dapat kemenangan.. dan jika maka lainnya… Saat kamu menemukan bahwa janji-janji kayak gitu ternyata g pernah terbukti, Ibn Athaillah bilang padamu: “Jangan kecewa!”

“Jangan ragu akan keseriusan janji Tuhan!”

Tuhan g mungkin ingkar janji. Merpati aja g pernah ingkar janji, apalagi Tuhan yang nyiptain merpati.

“Lha gimana bisa g kecewa? Kenyataannya begitu kok, kayak caleg…”, bantah kamu.

Bahaya kamu, Tuhan kok disejajarkan sama caleg yang manis janji, pahit realisasi. Percayalah Tuhan g mungkin ingkar janji, cuma “kapan” dan “bagaimana” janji itu ditepati di luar pengetahuan kita. Kan begitu pesan dari hikam #6! Lebih dari itu, Ibn Athaillah bilang “ragu pada janji Allah itu membuat mata hatimu (bashirahmu) jadi buram”.

“Emang knapa kalau bashirah gw jadi buram?”, lagi-lagi kamu nanya

Bashirah itu mata batin.

Jadi pada dirimu itu ada mata lahir dan mata batin. Mata lahir untuk melihat hal-hal fisik, warna-warni kehidupan. Kalau mata lahirmu buram, kamu bisa nabrak-nabrak atau bahkan bisa jatuh ke selokan. Sementara mata batin membuatmu bisa melihat “maksud” di balik yang tampak. Fungsinya memaknai apa yang dilihat mata lahir. Kalau mata batinmu buram, kamu hanya melihat warna sebagai warna, gerak sebagai gerak, tanpa memahami maksud.

Ini kisah sederhana. Seorang pengemis mendatangi Raja dan memaksa agar dikawinkan dengan puteri Raja. “Apa alasanmu?”, Tanya Raja. Pengemis itu menjawab, “kemarin saya lewat taman istana dan bertemu dengan puteri tuan. Dia melihatku dan tersenyum padaku. Itu artinya dia suka padaku… Akupun suka pada senyumnya itu. Jadi kawinkanlah kami, jangan halangi tali kasih ini!” Raja itu cukup bijak, dipanggillah puterinya dan ditanyakan, “Benar kamu pernah ketemu dia dan tersenyum padanya?” Sang Puteri menjawab, “betul!”.

Sang Raja bertanya lagi, “Kamu senyum padanya karena suka sama dia? Kalau iya, saya akan kawinkan kamu dengannya!” Sang Puteri berbisik pada Raja, “Iiih… ayah, saya memang tersenyum tapi bukan karena suka. Saya justru… maaf yaa… ngetawain dia. Jadi lelaki kok males gitu… dimana kejantanannya?”

Jadi senyum puteri raja itu senyum sinis, bukan senyum suka.

Nah, yang terlihat mata lahir adalah “senyum yang tampak”. Sementara “sinis” atau “suka” adalah maksud dari “senyum yang tampak” itu. Mata lahir tak bisa melihat maksud dari senyum. Mata batinlah yang bisa. Saat mata batinmu buram, kau akan “kelira” memaknai apa yang terlihat oleh mata lahirmu. Kan bisa berabe tuh:

sinis dianggap suka, jahat dianggap baik hati, sayang dianggap kejam, mendidik dianggap mengekang, mempercayai dianggap membiarkan, dan seabrek salah sangka lainnya.

Salah sangka adalah efek dari keburaman mata batinmu. Kalau udah salah sangka, pasti salah kaprah. Udah itu pasti deh seluruh hidupmu jadi serba-salah.

So, kalau kamu meragukan janji Allah, hidupmu terus-terusan salah sangka dan serba salah. Mau?

Maka saat Doa tak dijawab Tuhan, lihatlah dengan mata batinmu. Bisa jadi tanpa jawaban itulah jawabannya. Bisa jadi Tuhan lagi mendorongmu untuk menyelesaikan sendiri seluruh masalahmu itu. Tuhan percaya kamu bisa, maka rengekan doamu sengaja di-delay agar kamu menggunakan seluruh daya upayamu.

Masalah hidup itu sejenis kuis yang harus dipecahkan, bukan disesali. Sometimes life’s going to hit you in the head with a brick. Don’t lose faith.

Mari kita lihat kisah Steve Job penemu dan pendiri Apple. Dia DO dari kuliahnya, lalu iseng-iseng membuat rancangan komputer sendiri di garasi rumahnya. Jadilah perusahaan Apple, eh… oleh manajemen baru dia dipecat dari perusahannya sendiri. Akhirnya Steve Job mendirikan perusahaan NeXT, lalu Pixar yang membuat film animasi komputer, salah satunya Toy Story. Melalui rangkaian peristiwa yang menakjubkan, Apple membeli NeXT, dan Steve Job kembali lagi ke Apple.

“Waktu itu saya tidak melihatnya, namun belakangan baru saya sadari bahwa dipecat dari Apple adalah kejadian terbaik yang menimpa saya. Beban berat sebagai orang sukses tergantikan oleh keleluasaan sebagai pemula, segala sesuatunya lebih tidak jelas. Hal itu mengantarkan saya pada periode paling kreatif dalam hidup saya”, begitu kata Steva Jobs mengenang masa lalunya. “It was awful-tasting medicine but I guess the patient needed it. …Obatnya memang pahit, namun sebagai pasien saya memerlukannya”, pungkas Steve Job.

Bashirah yang indah dari Steve Job. Dia menganggap seluruh masalah kehidupannya sebagai obat yang pahit, tapi sebagai pasien kehidupan dia membutuhkan obat itu untuk bangkit secara baru.

Kebalikan dari Steve Job adalah kamu dan saya. Saat masalah menumpuk dan doa seperti gak ada gunanya, kita sibuk nyalahin orang lain, kesal sama nasib, bahkan mengutuk Tuhan. Hasil akhirnya sudah pernah kita rasakan: masalah g selesai –bahkan muncul masalah baru, kepercayaan diri menurun, keimanan pada Tuhan juga semakin menipis. Yang pasti saat itu bashirahmu terserang katarak.

Bashirahmu disebut kena katarak saat kamu gampang pesimis dan main aman. Hilangnya harapan dan gairah untuk mencoba hal baru juga ciri dari bashirah yang katarak. Curiga dan iri dengki pada keberhasilan orang lain adalah ciri lanjutan dari bashirah yang katarak. Susah bersyukur dan g mau bersabar juga buah dari katarak bashirahmu.

Itu semua karena kamu (dan saya) sering kesal dan kecewa pada janji Tuhan.

So, jangan kesal saat doamu di-delay. Sungguh, hidupmu masih panjang dan kamu masih sangat membutuhkan bashirahmu.