Serial Iseng Baca Al-Hikam (6): Minta Kok Maksa!

oleh

لَا يَكُنْ تَأَخُّرُ أَمَدِ الْعَطَاءِ مَعَ الْإِلْحَاحِ فِي الدُّعَاءِ مُوْجِبًا لِيَأْسِكَ فَهُوَ ضَمِنَ لَكَ الْإِجَابَةَ فِيْمَا يَخْتَارُهُ لَكَ لَا فِيْمَا تَخْتَارُ لِنَفْسِكَ وَ فِي الْوَقْتِ

الَّذِيْ يُرِيْدُ لَا فِي الْوَقْتِ الَّذِيْ تُرِيْدُ

“Jangan sampai tertundanya karunia Tuhan kepadamu, setelah kau mengulang-ulang doamu, membuatmu putus asa. Karena Dia menjamin pengabulan doa sesuai pilihan-Nya, bukan sesuai pilihanmu; pada waktu yang diinginkan-Nya, bukan pada waktu yang kauinginkan.”

Ini sebenarnya aforisme yang paling nyebelin, terutama karena paling sering dialami. Kamu (juga saya) pasti pernah berdoa, pengen ini dan itu… tapi jawaban dari doa itu g pernah langsung ditemukan. Kisah-kisah orang shaleh yang doanya langsung dikabulkan hampir susah ditemukan dalam kehidupan nyata. Akhirnya kamu berhenti berdoa lalu menyimpulkan. “Doa gak penting, yang penting usaha”

Tapi Aforisme ini ngasih kamu satu jawaban dari pertanyaan yang sering muncul di hatimu, “Kenapa sih Tuhan g mengabulkan doaku?” Ibn Athoillah menjawab, ”karena Dia menjamin pengabulan doa sesuai pilihan-Nya, bukan sesuai pilihanmu; pada waktu yang diinginkan-Nya, bukan pada waktu yang kauinginkan.”

Jadi, doamu itu sebenarnya dikabulkan namun tidak seperti keinginanmu dan dalam waktu yang di luar keinginanmu. Seorang ibu pernah menangis di penjara Sukamiskin saat mendengar cerita anaknya –salah satu bupati yang korupsi—rajin belajar dan menghafal al-Quran. Ia terisak-isak, “Anakku, dari kecil dulu saya doain kamu agar mau belajar al-Quran.. tapi kamu main mulu. Saat remaja aku mohonkan juga doa yang sama, kamu sibuk bersenang-senang. Saat jadi pejabat, ibu masih berdoa yang sama, kok ya malah korupsi. Barulah setelah di sini doa ibu terkabulkan: kamu mau belajar al-Quran”.

Saya g tahu gimana perasaan ibu itu. Kalau saya jadi ibu itu, saya pasti girang sekaligus agak kesel, “Mmm… sekalinya dikabulkan doa, kok ya saat dalam penjara! ”Tapi begitulah maunya Tuhan, tak terduga. Tuhan sering mengabulkan doa pada waktu yg tak terduga, doanya 10 tahun yang lalu… dikabulkannya baru sekarang. Semacam delay gitu kali yaa. Konon doa Nabi Ibrahim baru dikabulkan setelah 40 tahun berdoa.

Berdoa berarti ngarepin jalan keluar tak terduga, mengharap keajaiban. Seorang anak yang lagi ujian dinasehati ibunya biar banyak berdoa agar jawabannya benar. Suatu ketika si ibu melihat anaknya berdoa khusyuk di atas sajadah. Itu dilakukan setelah ujian. Setelah selesai berdoa, ibunya bertanya, “Anak ibuu, begitu dong harus rajin berdoa. Kalau boleh tahu tadi kamu berdoa apa ya?” Anak itu menjawab, “Saya memohon agar Ibukota Indonesia itu Bandung, bu!” Ibunya tersenyum, “Anak pintarr, kamu begitu cinta kota ini yaa dan ingin tinggal di ibu kota Negara ya? Memangnya kenapa kamu berdoa seperti itu?” Anak itu langsung nunjukin soal dari HPnya, “Ini bu, pertanyaan nomor 6: Ibukota Negara Indonesia adalah… Lalu saya pilih jawabannya Bandung, bukan Jakarta atau Yogyakarta”.

Doa anak saleh ini pastilah g bakal dikabulkan secara langsung. Karena itu, jawaban soal nomor 6-nya tetap saja salah. Kelak, doa itu bisa saja dikabulkan. Tapi maksud doa dari anak itu g bakal terwujud. Anak itu tahu jawabannya salah (seharusnya Ibu Kota Jakarta itu Jakarta, bukannya Bandung), dia sadar kemudian. Dia sadar juga dia gak mungkin mengubah jawaban yg sudah dikumpulkan. Tapi, Tuhan bisa mengubah yang tak mungkin, begitu kata ibunya suatu ketika. Karena itulah ia berdoa “Tuhan, jadikanlah Bandung ibukota Indonesia dengan segera”.

Kebanyakan doa kamu tuh kayak doa anak shaleh tadi. Makanya gak semua doa dikabulkan sesuai dengan keinginanmu dan dalam waktu yang kamu minta. Tuhan Mahatahu, Tuhan Mahaperencana. Saat kamu bilang satu keinginan, Tuhan tahu apa kamu maksudkan. Karena itu delay atas doamu sering terjadi.

Ada satu hal lagi yang “kelira” dalam cara mikirmu. Doa itu meminta, bukan memerintah. Namanya juga minta, bisa dikasih bisa juga nggak. Tergantung pada keputusan yang kamu mintain. Minta kok maksa…Minta ke Tuhan kok kayak pesen Baso. “Mang, gak pake bihun yaa, jangan pake kol yaa.., basonya yang besar satu, yang lainnya kecil-kecil aja… trus pedes banget!” Karena tukang baso itu akan nerima bayaran darimu, doi pasti nurutin aja apa yang kamu pesanin (Walaupun dalem hati doi, bisa saja kesel, “Beli satu mangkok aja ketentuannya banyak amat, kayak syarat mau nerima Bansos aja”). Lha, saat berdoa? Bayaranmu apa? Gratis aja kok ngatur-ngatur.

Satu hal lagi, saat kamu berdoa, meminta bantuan sama Tuhan, mestinya sih didasarkan keyakinan bahwa Tuhan pasti akan memberi jalan keluar dengan caraNya yg khas, yang tak terduga. Kalau jawaban dari doamu itu terwujud melalui jalan yang biasa-biasa aja, yang bisa kamu pahami, mending minta bantuan ke Hansip aja sono.

Namanya juga tak terduga, pastilah g bisa kamu kenali. Sangat mungkin, Tuhan sudah menjawab doamu hanya saja dengan cara yang g bisa dipahami. Namun karena g kamu pahami, jadilah kamu anggap doamu belum dijawab. Atau apa yang kamu dapetin hari ini, bisa jadi pengkabulan dari Tuhan atas doamu puluhan tahun yang lalu. Seperti ibu di penjara Sukamiskin itu. Kamu udah lupa atas doamu di masa lalu, akhirnya kamu anggap apa yang kamu peroleh saat ini adalah murni hasil usahamu sendiri.

Sebagai pelengkap, ada satu kisah dari hadits Qudsi. Saat mendengar rengekan manusia yang berdoa, Jibril mengajukan gugatan, “Kok si pulan doanya didiemin aja sih?” Tuhan menjawab, “Biarkan hamba-Ku itu, karena Aku senang mendengar suaranya yang selalu bermohon kepada-Ku itu.”

Rupanya saat kamu berdoa terus-menerus, merengek-rengek, bukan berarti gak didengerin Tuhan. Tapi justru lagi didengerin sangat serius. Bahkan dinikmati oleh Tuhan. Maka bergirang-giranglah dengan cara terus melantunkan doa yang sama kalau doamu belum juga dijawab. Percayalah setelah Tuhan merasa senang menikmati doamu, pasti ada pengkabulan. Seperti kisah ini (makasih Datuk Ahda Imran, ini kisah darimu). Nabi Musa suatu ketika mendoakan seorang perempuan memiliki anak, tp kata Tuhan “Takdir Perempuan itu mandul’. Setahun kemudian Musa berjumpa dgn perempuan itu, ternyata ia sudah menggendong bayi. Musa bertanya “siapa bayi itu?” Si perempuan menjawab, “Anakku.” Musa heran dan mungkin jengkel, “Tuhan kok g konsisten, sih?”. Bertanya Nabi Musa pd Tuhan, “Kenapa kok perempuan itu punya anak, beda sama jawaban Tuhan tempo hari?”. Tuhan bilang, ” Sepanjang sambil menangis perempuan itu berdoa dan merengek2 padaKu membaca Ya Rahman, ya Rahman… . Jadi, gitu, Mus, kasih sayangKu jauh lebih besar dari takdir-Ku”

Ini untuk kamu renungkan: ada orang sukses yang pernah berkata, “Kalau nginget masa lalu, hal yang paling kusyukuri adalah banyak doa-doa culun di masa lalu yang g dikabulin Tuhan”.

Bambang Q-Anees, Penulis Buku dan Guru Besar Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung.