Menu

Mode Gelap

Agama · 24 Okt 2023 10:19 WIB

Sarung Bukti Kesinambungan Peradaban Hindu, Buddha dan Islam

Avatar badge-check

Editor


 Sarung Bukti Kesinambungan Peradaban Hindu, Buddha dan Islam Perbesar

SURABAYA SENTRA PUBLIKASI INDONESIA

Hari Santri 2023 dimeriahkan dengan Sarung Santri Nusantara. Bertempat di Gedung Negara Grahadi Nusantara Surabaya, acara ini berlangsung dalam nuansa berbeda.

Para tamu undangan hadir dengan mengenakan sarung dengan beragam corak dan warna. Hadir, Menag Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Abdullah Azwar Anas, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Sekjen PBNU Saifullah Yusuf, Wamenag Saiful Rahmat Dasuki, jajaran pejabat Eselon I dan II Kemenag, serta ratusan santri dan warga Surabaya.

“Sarung adalah bukti kesinambungan sejarah dan ketersambungan kawasan peradaban yang sangat luas. Kalau di Indonesia yang mayoritas muslim, santri dan kiainya bersarung, mari kita lihat, masyarakat India yang Hindu juga bersarung, Myanmar yang Buddha juga bersarung,” terang KH Yahya Cholil Staquf dalam keterangannya,  Selasa (24/10/2023) malam.

“Sarung merupakan penyambung dari sekian banyak masyarakat yang heterogen dalam satu kawasan peradaban yang luas,” sambungnya.

Dijelaskan Gus Yahya, panggilan akrabnya, sarung sudah dipakai orang di Nusantara bahkan sejak sebelum Islam dikenal di sini. Artinya, walaupun masyarakat Nusantara sekarang mayoritas muslim, sarung tetap jadi bagian dari tradisi kehidupan mereka.

Sejarah peradaban Nusantara, kata Gus Yahya, terus bersambung dari zaman ke zaman. Meski pada satu masa, misalnya, Sriwijaya, sangat diwarnai tradisi Buddha dan sekarang menjadi masyarakat mayoritas muslim, tapi karakter budayanya (sarung) tidak berubah.

“Ini modal yang menjadikan santri Nusantara ini selamat dari gonjang-ganjing sejarah global yang menjadi kesulitan di tempat lain. Ini patut kita syukuri, makna sarung dan vitalitas budayanya. Tidak ada yang lebih ulet dari vitalitas budayanya melebihi sarung,” papar Gus Yahya.

“Sarung dari zaman kuno sampai sekarang bentuknya sama. Motifnya tinggal kreativitas komunitas tenun. Sarung punya vitalitas budaya ulet,” lanjutnya.

Hal senada disampaikan Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki. Menurutnya, sarung merupakan bagian yang tidak lepas dari ciri bangsa. Bahkan, sarung yang sebelumnya identik dengan masyarakat kampung dan tradisional, kini digunakan juga dibanyak acara kenegaraan yang dihadiri Presiden dan Wakil Presiden.

Selain vitalitas budaya, kata Wamenag, tenun sarung menggambarkan nilai persatuan dan kesatuan. “Sarung ditenun dari helai demi helai benang hingga menjadi sarung. Ini wujud psrsatuan dan kesatuan. Sarung kuat karena diikat melalui tenun,” jelas Wamenag.

“Sarung adalah kekayaan Nusantara. Kain tradisional sarat makna budaya Nusantara. Digunakan secara nasional dalam beragam kegiatan. Kita berharap suatu hari nanti akan memperingati Hari Sarung Nasional,” tandasnya.

Artikel ini telah dibaca 16 kali

Baca Lainnya

Top! Guru MAN 2 Kota Palu, Raih Beasiswa Boursier de Gouvernement Français 2023

5 Desember 2023 - 23:17 WIB

Tingkatkan Kualitas Pembimbing Haji dan Umrah Jadi Gawean FDK UIN Bandung

25 November 2023 - 23:56 WIB

Komitmen Kemenag untuk Wujudkan Pemerataan Pendidikan Islam

15 November 2023 - 06:12 WIB

Fatayat NU Jawa Barat Diseminasikan Skill Mediasi untuk Mengatasi Konflik Keagamaan di Bumi Parahyangan

14 November 2023 - 23:59 WIB

Selamat! Jatim Juara Umum Seleksi Tilawatil Qur’an dan Musabaqah Al-Hadits XXVII Nasional

7 November 2023 - 23:18 WIB

Inilah Akhlak Pemilih yang Baik dalam Islam

4 November 2023 - 09:51 WIB

Trending di Agama