SPI-BANDUNG
Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB kembali mengadakan webinar dalam seri Sustainable Development in Built Environment pada Kamis (19/05/2022) secara daring.
Webinar ini diadakan untuk mendiseminasikan pemikiran dosen-dosen yang tergabung dari setiap kelompok keahlian di SAPPK dalam lingkup internal dan eksternal. Dalam webinar kedua ini, tiga dosen dari Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur, di antaranya Tubagus Muhammad Aziz Soelaiman, S.T., M.A., Dr. GES Mohammad Zaini Dahlan, S.P., M.Si., dan Medria Shekar Rani, S.T., M.T., Ph.D. berkesempatan untuk menyampaikan hasil penelitiannya dengan topik Aspek Keberlanjutan dalam Perancangan Bangunan dan Ruang Terbuka Hijau.
Acara dibuka dengan sambutan Dekan SAPPK ITB, Dr. Sri Maryati, S.T., MIP dan dilanjutkan dengan perkenalan kelompok keahlian oleh Ketua Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur, Prof. Dr.-Ing. Ir. Widjaja Martokusumo. Dalam penjelasannya, Prof. Widjaja mengatakan bahwa penelitian ini merupakan studi lanjut dari suatu kelayakan dalam rangka mengembangkan kota rendah karbon dan meningkatkan ruang terbuka hijau.
Berdasarkan data yang dilansir dari World Energy Outlook, sebuah kota dapat mengonsumsi sekitar dua pertiga dari jumlah total energi di seluruh dunia dan dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca sebesar 70% yang sebagian besar dihasilkan oleh sektor industri, konstruksi, dan transportasi. Melihat hal tersebut, Asia-Pasific Economic Cooperation (APEC) menginisiasi pembentukan proyek Low-Carbon Model Town (LCMT) yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dengan bangunan, transportasi, dan sistem tenaga hemat energi dan rendah emisi.
Di Indonesia, Banda Aceh terpilih sebagai salah satu kota penerapan prinsip-prinsip Low Carbon pada Simposium APEC LCMT. Bekerja sama dengan Pemerintah Kota Banda Aceh, SAPPK ITB memandu terciptanya kebijakan model kota rendah karbon, khususnya Bangunan Gedung Hijau serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya kota rendah karbon. “Kami ingin membantu Pemerintah Kota Banda Aceh agar bisa menyusun kebijakan maupun mengimplementasikan Konsep Bangunan Hijau,” papar Tubagus.
Disamping membantu pembentukan LCMT, SAPPK ITB membantu mengevaluasi skema penghijauan kota di Indonesia. Hasil dari studi tersebut berupa rekomendasi terkait dengan arahan strategis pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kota-kota yang ada di Indonesia. “Tantangan terberat dalam hasil evaluasi kami adalah bagaimana kota-kota di Indonesia dapat menuangkan gagasan ini ke dalam peraturan kebijakan yang lebih spesifik sesuai dengan konteks kota masing-masing,” ujar Dr. Zaini.
Penelitian terakhir berkaitan dengan pengkajian elemen lanskap terhadap kenyamanan thermal sepanjang jalur pejalan kaki, serta pemetaan konektivitas jalur pejalan kaki dengan elemen hijau kota di Kota Bandung. Hasil dari riset tersebut menghasilkan kriteria pemilihan vegetasi dan lokasi tanam untuk terciptanya elemen hijau kota. “Diharapkan studi ini bisa berkontribusi terhadap perencanaan infrastruktur hijau kota,” tutup Medria.