AHMAD SAHIDIN, alumni Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
BANDUNG-SENTRA PUBLIKASI INDONESIA
“Ikatlah ilmu dengan menuliskannya” (Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra)
Ketika saya belajar jurnalistik di UIN Bandung, pertanyaan pertama yang terlontar dari benak saya adalah apa itu jurnalistik? Pertanyaan ini juga yang sering dilontarkan seorang pengajar ilmu jurnalistik saat memulai mengisi perkuliahan atau saat pelatihan menulis digelar.
Memang banyak sekali definisi dan pengertian yang dikemukakan para ahli komunikasi. Saya memaknai jurnalistik (journalist) sebagai sebuah aktivitas yang mengabarkan informasi dalam bentuk tulisan, gambar (foto atau video), dan suara. Orangnya disebut jurnalis alias wartawan (baca: kuli tinta). Pekerjaannya: mencari informasi, data dan fakta yang bernilai berita dan layak diikabarkan, dan menuliskan/melaporkannya pada masyarakat dengan berlandaskan: benar, akurat, dan bernilai (informatif). Pokoknya berdasarkan pada standar 5W+1H (what, who, why, when, where dan how). Ini yang berlaku dalam dunia jurnalis dan media massa, baik cetak maupun elektronik.
Dalam ilmu jurnalistik, yang disebut karya tulis terbagi dalam tiga jenis:
1) Berita adalah tulisan dalam bentuk laporan hasil penelusuran dari sebuah kejadian yang dikemas dalam bentuk tulisan straight news (berita pendek/langsung) dan depth news (berita mendalam seperti liputan khusus/utama).
2) Feature adalah berita (liputan) yang bernuansa human interest yang dikemas dengan bahasa semi sastra—kini disebut jurnalisme sastrawi—dengan data dan fakta yang lengkap dan diulas secara mendalam. Ditulis dengan gaya atau nuansa emosi yang memikat, menyentuh, menghibur, dan bahkan mendobrak perasaan (kesadaran) pembaca.
3) Opini adalah tulisan (artikel) yang berisi komentar atau pendapat tentang sebuah masalah; biasanya ditulis oleh para penulis yang bukan jurnalis. Dalam media massa—baik itu dalam majalah, koran, tabloid, atau online—tulisan opini biasanya dikhususkan dalam rubrik khusus seperti: kolom (untuk tulisan ”opini” ringan mengenai masalah aktual), esai (untuk tulisan ”opini” yang berkaitan dengan budaya, sastra, filsafat dan lainnya; yang cenderung bersifat refleksi/renungan), resensi (tulisan berupa ulasan buku, film, atau kaset yang dikemas dengan nada memuji, menghujat, atau anjuran/rekomendasi).
Jenis Karya Tulis
Dalam dunia tulis menulis biasanya ada pembagian karya fiksi dan non-fiksi (popular dan non-popular atau ilmiah) dan dunia jurnalistik hanya ada pembagian: opini dan news. Karya tulis yang bernuansa jurnalistik dan buku (yang bukan daras atau ilmiah) termasuk pada kategori karya tulis popular karena memiliki ciri seperti faktual, padat, informatif, bahasanya mengalir dan mudah dicerna.
Adapun karya sastra seperti puisi, cerpen, novel, atau tulisan yang mengandalkan sisi imajinasi (daya kreasi) termasuk karya tulis fiksi. Karya tulis non-popular atau ilmiah di antaranya: makalah, skripsi, tesis, disertasi atau laporan penelitian. Standar penulisannya: susunannya sistematis, menggunakan metode penelitian yang baku (standar), dan bahasanya cenderung tidak renyah alias kaku karena mengunakan istilah-istilah khusus.
Kiat Menulis
- Ekspresikan segala hasrat, rasa dan keresahan yang menyelemuti otak, hati, atau hal-hal menarik yang pernah kau alami dengan menuliskannya dalam media yang ada (kertas, buku, HP, komputer, laptop, dll). Cobalah untuk menuliskan hasil bacaan dari ”bacaan” (mushaf quran, hadits, buku2, koran, majalah, buletin, notes facebook, atau lainnya) yang yang sedang dan telah kau baca. Andaikata tiada pikiran (ide atau gagasan) secuil pun, tulis saja riwayat hidupmu sejak masa lahir hingga kini—termasuk hal-hal yang menyenangkan, menjengkelkan, yang menyedihkan, bahkan yang membahagikan.
- Fokus dan perhatikan struktur (kata dan kalimat) bahasa Indonesia (s-p-o-k) dan tanda baca dengan baik dan benar. Lihatlah kamus Bahasa Indonesia agar bahas tulisanmu tidak menyalahi standar penulisanan popular.
- Baca ulang goresan pena (tulisan) yang sudah kau tulis. Jangan segan-segan untuk menambah atau mencoret apabila mendapati kalimat dan kata-kata yang kurang atau isi bahasan yang tidak tepat. Jika masih sanggup, tulislah ulang di media lain. Lalu, bandingkan tulisan pertam dengan yang kedua. Timbang dan gabungkan apabila isi (content) kedua tulisan tersebut nyambung.
- Koreksi bahasa dan isi tulisan dengan cara meminta teman/pacar/dosen/guru untuk membaca, menilai, dan mengkritik (baik isi maupun bahasa tulisan). Sebelum diserahkankan, buatlah kopiannya dua: satu diperiksa orang dan satu dikoreksi sendiri. Apabila tak seorang pun yang rela (ridha) biarlah dirimu sendiri yang membacanya.
- Perbaiki tulisan yang telah kau koreksi atau mendapat kritik dari orang lain. Setelah itu, buat kopiannya dan simpan sebagai dokumentasi. Naskah asli (hasil print out atau file) yang siap dipublikasikan segara kirim ke media massa lokal dan update at your blog, facebook, mailing list, or magazine/newspaper/buletin.
- Kemudian menulis lagi! Buatlah tulisan dengan tema-tema yang kau sukai. Idenya bisa kau dapatkan dari hasil bacaan atau dari diskusi pekanan dan kuliah harian. Hasil tulisannya: bagus tak bagus, itulah karyamu! Kertas tulisanmu, goresan pena (baca: ketikan keyboard pada layar komputer) adalah saksi bahwa kau ”wujud” yang ”maujud”.