Isra Miraj, Bukan Peristiwa Biasa!

oleh

AHMAD SAHIDIN, Penulis Buku Tanda-tanda Kiamat Mendekat

BANDUNG SENTRA PUBLIKASI INDONESIA

Dalam Ensiklopedia Islam, yang terbit pada 1995, entri Isra Miraj, disebutkan bahwa pada suatu malam di Makkah, Nabi Muhammad saw bersama malaikat Jibril berangkat ke Baitul Makdis (Aqsa) di Palestina. Lalu Nabi dan malaikat Jibril naik ke langit demi langit secara bertahap melewati tujuh tahap.

Pada langit pertama bertemu dengan Nabi Adam, yang di sebelah kanannya terlihat makhluk-makhluk yang tersenyum (berseri-seri) dan sebelah kirinya ada makhluk-makhluk yang meringis kesakitan; di langit kedua bertemu dengan Nabi Isa dan Nabi Yahya; di langit ketiga bertemu dengan Nabi Yusuf; di langit keempat bertemu dengan Nabi Idris; di langit kelima bertemu dengan Nabi Harun; di langit keenam bertemu dengan Nabi Musa; di langit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim yang bersandar ke baitul makmur.

Dari langit ketujuh itu Nabi Muhammad saw naik ke sidratul muntaha (yaitu suatu pohon besar yang rindang dan dari pokoknya mengalir empat sungai, dua di surga dan dua di luarnya) dan di tempat itu pula Nabi Muhammad saw melihat wujud asli malaikat Jibril. Di tempat ini Nabi Muhammad saw meninggalkan Jibril dan naik ke mustawa atau qursiy (hadirat) Allah. Di sini Nabi Muhammad saw menerima perintah shalat lima kali sehari—itu pun setelah mengkonsultasikannya dengan para Nabi di langit sebelumnya—dan turun kembali ke bumi.

Di Mekkah, Rasulullah saw mengabari masyarakat tentang perjalanan spiritual tersebut kepada masyarakat. Beberapa orang kafir dan musyrik menganggap peristiwa Isra Mi1raj sebagai cerita khalayan yang dibuat-buat. Hanya orang-orang Muslim awal, seperti Abu Bakar, Ali Bin Abu Thalib, istri-istri Nabi saw dan beberapa sahabat yang dekat saja yang meyakini sebagai kebenaran.

Peristiwa Isra Mi`raj yang terekam dalam surat Al-Isra (17) ayat 1, “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad saw) pada malam hari dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (keagungan) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat”, ini bukan peristiwa biasa. Hanya keyakinan atau keimanan yang bisa menjadi dasar penerimaan peristiwa perjalanan spiritual tersebut. Inilah salah satu mukjizat Nabi Muhammad saw. Sebuah tanda kemuliaan Nabi Muhammad saw di antara para Nabi lainnya karena dapat bertemu dan menerima perintah langsung dari Allah. Memang Nabi Musa bertemu dengan Allah di Gunung Sinai. Namun, ia tidak langsung. Tuhan hanya berbentuk cahaya api yang menyala dan mendengar suara saja.

Dari peristiwa Isra Mi`raj itu, Rasulullah saw menerima perintah shalat sebagai ibadah harian bagi umat Islam. Bila direnungkan, mengapa shalat yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad saw? Sebab shalat merupakan ibadah yang menghubungkan diri (hamba, makhluk) dengan Allah sebagai pencipta dan juga menampakkan kebersamaan dengan umat Islam lainnya.

Mufassir Quraish Shihab menjelaskan bahwa dalam ibadah shalat, kesadaran spiritual dan sosial disimbolkan dengan ucapan takbir diawal dan berakhir dengan salam sambil menengok ke kanan dan ke kiri. Artinya, setiap Muslim yang menegakkan shalat, baru akan bermakna shalatnya jika berlanjut dengan sikap kepedulian sosial di masyarakat. Sebab memang dua dimensi (ritual dan sosial) ini yang terkandung dalam ajaran (wahyu) yang diturunkan kepada Muhammad bin Abdullah sebagai Nabi dan Rasul terakhir.

Selain shalat, pelajaran yang dapat diambil dari perjalanan Isra Mi’raj Nabi Muhammad saw adalah dakwah atau syi`ar Islam. Meski diejek dan dianggap gila, seorang Muslim harus tetap istiqamah dalam menjalankan dan menyebarkan agamanya itu. Selain itu, Isra Mi`raj juga menjadi pembeda sekaligus penegas antara yang beriman dan tidak beriman, kafir. Seorang Muslim pasti akan meyakini Isra Mi`raj sebagai kebenaran, meskipun peristiwanya tidak rasional (masuk akal) karena ini menyangkut aspek akidah Islam (tauhid). Bila seorang Muslim meragukan kebenaran Isra Mi`raj, maka pantas untuk diragukan keimanan dan keislamannya. Bila hal itu terus ada dalam dirinya, maka bisa digolongkan dengan orang-orang kafir.

Pelajaran lainnya, menurut Nashir Makarim Syirazi bahwa peristiwa Isra Mi`raj merupakan bukti Nabi Muhammad saw itu sosok luar biasa yang berhasil melakukan perjalanan ke luar angkasa dengan bantuan teknologi Ilahi. Pesawat buraq yang digunakannya pun melebihi kecepatan pesawat yang digunakan para astoronot Barat.

Menurut Nashir bahwa Nabi saw tidak melakukan Mi`raj dengan bantuan manusia. Dalam menempuh perjalanannya, Nabi saw bersandar pada kekuatan di balik alam nyata serta dengan menggunakan medium yang sangat sempurna dan meyakinkan, yaitu kekuatan Ilahi. Karena itu, peristiwa Ira Mi`raj bukan peritiswa biasa, tapi mu`jizat Allah yang menunjukkan pada makhluk ciptaan-Nya betapa agung kekuasaan Allah. Umat Islam harus mengakuinya sebagai tanda keagungan Allah Rabbul `Alamin. Aspek tauhid inilah yang harus tertanam pada seorang Muslim, mengimani, taat pada perintah-Nya, dan berupaya menjauhi larangan-Nya. ***