Dosen, Blog dan Keterbukaan Pengetahuan

oleh
Mengapa dosen ngeblog. Alasan paling utama untuk mendukung kampanye keterbukaan pengetahuan.

Konon pengetahuan lebih tertutup kalau di kelas tradisiomal. Tertutup oleh “dinding-dinding kelas.”

Blog dikenal sebagai platform yang bisa digunakan untuk menulis konten apa pun. Beberapa perguruan tinggi di Indonesia menyiapkan blog dosen secara resmi. Namun, pengelola akan menonaktifkan bila konten blog tidak diisi selama dua bulan.

Blog membantu menguatkan otoritas ilmu penulis blog (dosen). Khalayak menjadi tahu fokus, orientasi, dan konsistensi dosen.

Apakah dosen sempat mengelola blog. Pasti enggak akan sempat karena tambah kerjaan. Kecuali itu penulis blog merasa pengetahuan harus terbuka untuk diakses oleh khalayak.

Termasuk publik akan terlibat ikut mengoreksi kesalahan-kesalahan konten. Karena isi blog pasti memiliki tujuan menciptakan peradaban yang diharapkan.

Jika konten blog tidak relevan, pasti situs blog tidak diminati. Sebaliknya, bila blog memiliki visi masa depan dipastikan ia memiliki pembaca setia.

Pada gilirannya pembaca dan penulis menjadi mitra dialog. Dialog menuju pencapaian tujuan bersama. Penulis blog pasti bukan sedang mengajarkan sesuatu kepada khalayak. Melainkan mengajak memikirkan masa depan.

Ngeblog enggak wajib. Ada banyak platform lain yang menyediakan fasilitas keterbukaan pengetahuan. Namun, blog diakui efektif menghubungkan dosen dan mahasiswa.

Bagi mahasiswa, blog dosen bisa menjadi mainstream (arusutama) tentang arah, substansi isi, instruksi kerja akademik (penugasan), tujuan, dan target pembelajaran. Bagi dosen, mahasiswa sendiri menempati posisi sebagai pusat pembelajaran.

Blog membatu target capaian pembelajaran mengacu pada kontrak perkuliahan.

Wahyudin Darmalaksana, Pegiat Kelas Menulis di UIN Sunan Gunung Djati Bandung