Begini Kisah Dewi Idamayanti, Wisudawan Doktor ITB dengan Publikasi Terbaik

oleh

BANDUNG SENTRA PUBLIKASIU INDONESIA — Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar Sidang Terbuka Wisuda Pertama Tahun Akademik 2024/2025, di Auditorium Sasana Budaya Ganesa (Sabuga). Salah satu rangkaian acara dalam sidang tersebut adalah penganugerahan gelar wisudawan berprestasi untuk program sarjana, magister, hingga doktor.

Nama Dewi Idamayanti menjadi salah satu nama yang disebut pada penganugerahan wisudawan berprestasi ITB dengan publikasi terbaik dari program doktor. Sepanjang perjalanan doktornya, beliau memublikasikan dua jurnal internasional terindeks Q1.

Sepanjang perjalanan penelitiannya hingga publikasi, beliau didampingi oleh tiga peneliti ITB, yaitu Prof. Bambang Sunendar, Ph.D., Prof. Ahmad Nuruddin, Ph.D., dan dan Achmad Rochliadi, Ph.D.

Beliau menjelaskan, publikasinya pada dua jurnal terindeks Q1 membahas tentang potensi kitosan dari limbah udang dan nanoselulosa dari limbah sekam padi untuk bahan pengikat dan substrat anoda hard carbon pada aplikasi baterai ion-sodium.

“Singkat cerita, saya telah aktif meneliti sejak lulus S1 sehingga sering diperbantukan sebagai asisten riset. Setelah itu bekerja di industri juga di bagian riset pengembangan produk polimer. Kemudian menjadi dosen di Politeknik Manufaktur Bandung juga melakukan riset dan rekayasa produk. Hingga di program doktor, kematangan saya semakin terbentuk,” ujarnya dikutip dari laman ITB, Selasa (12/11/2024).

Menurutnya, faktor utama yang mendukung keberhasilan risetnya adalah dukungan doa dari kedua orang tua, ketekunan dalam menjalani setiap proses penelitian, rasa penasaran yang mendalam, serta konsistensi membaca dan mempelajari berbagai karya ilmiah terkait.

Kolaborasi dengan rekan-rekan peneliti serta manajemen waktu yang disiplin juga menjadi bagian penting dalam mencapai hasil yang diharapkan.

“Selain itu, berada di bawah bimbingan peneliti terbaik ITB juga selalu menginspirasi Dewi untuk tidak pernah menyerah meskipun sering terasa berat,” katanya.

Kendati demikian, proses yang dia jalani tidak selamanya berjalan mulus. Di awal masa pendidikannya, beliau menghadapi tantangan besar akibat dampak pandemi Covid-19 yang memperlambat penelitiannya selama dua semester. Selain itu, riset baterai ion-sodium yang ditekuninya masih baru di ITB, sehingga tidak ada tim riset khusus untuk mendukungnya. Beliau harus memulai segala sesuatunya dari nol, mulai dari set up penelitian, pengadaan bahan, hingga alat-alat uji. Kondisi ini membuat proses penelitiannya menjadi lebih menantang karena harus mengalokasikan waktu ekstra untuk memahami desain riset yang kompleks dan menginterpretasikan hasil pengujian secara mandiri.

Beliau bercita-cita untuk memperkuat perannya sebagai dosen yang kompeten dan terus meneliti dalam bidang material penyimpanan energi, dengan fokus pada aplikasi baterai ion sodium dan baterai ion lithium.

Beliau berharap hasil penelitiannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi kemandirian baterai nasional, membawa Indonesia lebih dekat menuju swasembada dalam bidang teknologi baterai.