Asyik! BRIN Dorong Hasil Riset Dimanfaatkan untuk Pengembangan Industri Kreatif

oleh

JAKARTA SENTRA PUBLIKASI INDONESIA — Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong hasil penelitian dari Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan dapat dimanfaatkan dalam pengembangan industri kreatif di Indonesia. Kepala Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan, Sastri Sunarti mengatakan Indonesia memiliki kekayaan berupa manuskrip dan cerita-cerita rakyat. Untuk itu dia berharap dapat bekerja sama dengan berbagai instansi dan lembaga, termasuk production house.

“Kita bisa mengembangkan satu industri dengan basis riset. Saya kemarin juga sudah mencoba menjajaki kolega saya, bagaimana kami PR MLTL bisa dihubungkan dengan orang-orang film seperti punjabi bersaudara. Risetnya itu ada di kita, bahan-bahannya ada di kita, silahkan mereka nanti kita ajak untuk diskusi serius mengembangkan ini menjadi satu industri. Nah itu impian impian kami di pusat riset dan kami tidak bisa sendiri kami butuh butuh kawan-kawan lain di luar,” ucap Sastri, dalam Webinar MLTL #Seri 18 dengan tema “Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan untuk Pengembangan Industri Kreatif”

Herry Jogaswara, Kepala Organisasi Riset Arkeologi Bahasa dan Sastra, menyampaikan bahwa hasil riset ada yang di sebut model. Model dalam sebuah riset atau kumpulan riset, diharapkan , bisa memberikan kontribusi terhadap pengembangan pengetahuan dan bisa memberikan masukan terhadap kebijakan karena stocking of knowled itu ada di para peneliti.

Ia berharap setiap bidang riset bisa memberikan kontribusi walaupun bukan PR atau OR yang melakukan sendiri pengembangan dari hasil riset tersebut. “Dari riset manuskrip, literatur, dan tradisi lisan itu sangat kaya untuk bisa masuk kepada industri kreatif. Dalam berbagai diskusi tentang illuminasi, tentang manuskrip, banyak yang bisa di dilakukan,” kata Herry dalam keterangannya, Kamis (18/7/2024)

Ia lantas menyampaikan, dengan Webinar ini sangat tepat untuk bisa memberikan inspirasi bagi siapapun yang ingin melakukan pengembangan dari hasil riset menuju pada hal-hal yang sifatnya industri. Saat ini, BRIN memiliki program pusat kolaborasi riset yang menggabungkan kegiatan riset dengan kegiatan industri.

“Sampai saat ini baru ada satu pusat kolaborasi riset berbasis ilmu sosial humaniora yaitu pusat kolaborasi riset arkeologi Sulawesi dan itu sifatnya masih yg sifatnya masih pengembangan iptek belum masuk ke wilayah industri. Oleh karena itu diharapkan di dalam webinar ini mulai muncul pemikiran bagaimana mengkaitkan kegiatan riset dengan kegiatan pengembangan industri kreatif,” harapnya.

Selain itu, Herry juga meminta para peneliti untuk memikirkan berbagai potensi-potensi yang ada di dalam hasil riset, misalnya tentang stok War game. Sejauh ini, senjata-senjata yang digunakan dalam game berasal dari Jepang atau negara lain. “Kenapa kita tidak berpikir untuk stok gamenya dari Bumi Nusantara yang sangat kaya ini. Jadi ada banyak hal-hal yang bisa digali. Mudah-mudahan di dalam webinar ini para praktisi, dan peneliti mungkin bisa menjembatani satu gap antara dunia riset dan dunia pengembangan industri kreatif,” ujar Herry.

Dalam kesempatan ini, Herry mengajak untuk melakukan riset kolaborasi. Seperti diketahui di BRIN ada skema RIIM Ekspedisi, yang saya kira selalu mengatakan bahwa riset-riset di Arbastra itu punya potensi yang besar karena intinya adalah mengumpulkan koleksi. Jadi kalau RIIM itu tidak membuat etnografi mendalam tetapi mengumpulkan koleksi dan ini bisa dilakukan secara kolaboratif di berbagai tempat, ujar Herry.