Menu

Mode Gelap

Opini & Cerita · 11 Agu 2023 16:21 WIB

5 Cara Membangun Abstrak Kece, Etalase Artikel Ilmiah

Avatar badge-check

Editor


 5 Cara Membangun Abstrak Kece, Etalase Artikel Ilmiah Perbesar

BANDUNG SENTRA PUBLIKASI INDONESIA

Dian Sa’adillah Maylawati, Ph.D., dosen Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Sunan Gunung Djati Bandung menuturkan buat pembaca jatuh cinta pada pandangan pertama melalui abstrakmu! 😍

Abstrak adalah bagian penting yang menggambarkan keseluruhan isi artikel ilmiahmu dalam bentuk padat. Buatlah pembaca (khususnya editor dan reviewer jurnal) memahami dengan mudah apa isi artikel ilmiah teman-teman dalam waktu singkat. Yuk simak… 😉

Abstrak memiliki ukuran yang terbatas, umumnya 6-7 kalimat atau maksimal 150-250 kata (kembali kepada aturan jurnalnya). Oleh karena itu, saat membuat abstrak to-the-point saja ya guys! Konten yang harus ada dan secara eksplisit disampaikan pada abstrak adalah TUJUAN, METODE, dan HASIL/TEMUAN. Ekspisit di sini maksudnya apa sih? Guys, jangan membuat pembaca bingung, mencari-cari, atau menebak-nebak apa tujuan, metode, dan hasil penelitian teman-teman. Munculkan kata kuncinya. Bila teman-teman ditanya: “Apa tujuan anda publikasi?” maka jawaban yang baik adalah “TUJUAN saya publikasi untuk…”.

Konten lainnya, teman-teman dapat menambahkan general background/ topik/ isu/ masalah yang diangkat, kemudian tujuan, metode, hasil penelitian/ temuan utama, serta boleh menambahkan simpulan/ signifikansi/ implikasi/ kontribusi penelitian teman-teman. Setidaknya ada 5 jenis abstrak yang digunakan banyak jurnal: deskriptif, informatif, kritikal, terstruktur, dan highlight.

1. Abstrak Deskriptif. Jenis abstrak ini maksimal 100 kata guys, to the point menyampaikan background, tujuan, fokus (overview) penelitian. Jenis abstrak ini tidak menyampaikan temuan penelitian secara detail dengan data numerik dan membantu pembaca menemukan relevansi penelitian secara natural.

2. Abstrak Informatif. Nah, ini abstrak yang umum digunakan pada artikel ilmiah dengan maksimal 250 kata yang. mengandung background, tujuan, metode, hasil, dan simpulan.

3. Abstrak Kritikal. Agak berbeda dengan abstrak deskriptif dan informatif, abstrak kritikal lebih banyak menyajikan evaluasi atau analisis terhadap temuan penelitian. Biasanya ukurannya juga lebih panjang, hingga 500 kata. Kekhasan dari abstrak ini adalah menyajikan informasi komparasi/ kontras penelitian kita.

4. Abstrak Terstruktur. Hmm sebenarnya konten abstraknya sih sama ya, hanya saja cara penulisan abstrak yang umumnya 1 paragraf ditulis terpisah per masing-masing konten.

5. Abstrak Highlight. Dian juga baru belajar jenis abstrak ini nih, katanya pada abstrak ini memungkinkan pembaca tidak menerima gambaran secara lengkap tentang tujuan dan temuan utama penelitian. Jadi abstrak ini hanya berisi ikhtisar yang bersifat stand-alone overview untuk menarik perhatian pembaca. Biar pada kepo untuk melanjutkan baca isi artikelnya kali ya… hehe… 🤭

Selanjutnya, bagian dari abstrak yang ditulis terpisah adalah kata kunci. Yups, kata kunci itu tidak selalu hanya 1 kata ya, bisa kumpulan kata, atau frasa, asal tidak dalam bentuk kalimat saja, hehe… Kata kunci ini kecil-kecil cabe rawit, bagian kecil dari artikel ilmiah yang punya tugas besar untuk “menyebarluaskan” artikel kita melalui mekanisme pencarian, klasifikasi, klasterisasi, ataupun indeksasi. Layaknya tag pada media sosial, kata kunci adalah “tag” untuk artikel ilmiah kita. So, jangan abai terhadap kata kunci ya… ✍️

Umumnya kata kunci itu ditulis minimal 3 buah dan maksimal 8 buah (kembali lagi ke maunya si dia “jurnal”). Kemudian susun alfabetis ya temans. Ini bukan menjadi sebuah keharusan sih, tapi kebanyakan jurnal menginginkan penulisan yang rapi termasuk pada kata kunci. Eh, ada juga kok jurnal yang mengharuskan menyusun kata kunci secara alfabetis. Gunakan pula kata-kata yang umum dan mudah dideteksi pada mesin pencarian ya.

Apakah kata kunci harus terkandung dalam judul? Nah… sekarang Dian bahas. Sebenarnya ada 2 pendapat terkait hal ini. Pertama, kata kunci terkandung dalam judul, Dian sering pakai dan merekomendasikan tipe ini sih, utamakan kata kunci yang terkandung dalam judul baru kata kunci lainnya. Kedua, kata kunci yang tidak terkandung dalam judul, ini juga bisa-bisa saja.  Dua-duanya benar dan masuk akal. Sebenarnya ini kembali pada bagaimana algoritma mesin pencarinya bekerja. Bila mesin pencari hanya mengenali dari kata kunci, tipe pertama tentunya menguntungkan karena judul kita akan ikut tertarik sebagai hasil mesin pencari tersebut, tetapi tidak berlaku untuk tipe kedua. Namun, bila mesin pencari sudah lebih cerdas, dengan tidak hanya mendeteksi bagian kata kunci, maka tipe kedua bekerja dengan baik. Bila ada pembaca yang mencari topik sesuai dengan kata kunci dalam artikel kita, walaupun tidak terdapat pada judul, harapannya artikel kita ikut tertarik juga.

Tambahan sharingnya adalah, teman-teman bisa perhatikan proporsi ideal untuk setiap konten abstraknya ya. Jangan sampai teman-teman terlalu asyik bercerita latar belakang masalah sedangkan hasil yang disampaikan lebih sedikit. Hehe…

Cukup panjang ya guys untuk hari ini, hehe…
Semoga bermanfaat dan happee weekend! See ya… 🤗

Artikel ini telah dibaca 44 kali

Baca Lainnya

Penyerahan Surat Keputusan Guru Besar di Perguruan Tinggi Keagamaan

21 September 2023 - 18:36 WIB

Kerugian Konstitusionalitas Pemilu

15 September 2023 - 10:26 WIB

Lepas-Sambut Rektor UIN Bandung

6 September 2023 - 17:27 WIB

Agar Kuliah Tepat Waktu, Ikuti 5 Tips Tuntas Kerjakan Tugas

4 September 2023 - 10:38 WIB

Islam Identitas

25 Agustus 2023 - 10:46 WIB

Belajar dari Kegagalan Yuk! Hindari 9 Alasan Artikel Ditolak

4 Agustus 2023 - 07:37 WIB

Trending di Opini & Cerita